Kepercayaan (trust)
adalah sebuah prediktor utama kinerja keselamatan kerja dan komponen penting
dalam budaya keselamatan yang efektif.
Sebuah
studi ilmiah menunjukkan bahwa kepercayaan dalam manajemen dapat meningkatan
keterlibatan karyawan dalam perilaku keselamatan dan mengurangi tingkat
kecelakaan (Zacharatos et al, 2005).
Sebaliknya, penelitian lain mencatat bahwa ketidakpercayaan berhubungan negatif
dengan tanggung jawab pribadi untuk keselamatan dan berhubungan positif dengan
tingkat cedera (Conchie & Donald, 2006, dikutip dalam Conchie et al., 2011).
Rasa saling percaya sangat dibutuhkan untuk
memperkuat kepemimpinan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sebaliknya
ketidakpercayaan karyawan merupakan faktor risiko utama dalam hal cedera fisik,
juga dalam hal budaya organisasi yang lebih luas, dan kesejahteraan karyawan.
Pendapat ini dapat dibuktikan dari banyaknya
program perilaku aman yang akhirnya menjadi tidak berguna ketika tenaga kerja
tidak mempercayai manajemennya. Di mana kepercayaan seperti itu berlaku, pengusaha
harus terlebih dahulu memenangkan kepercayaan tenaga kerja mereka dengan
menangani beberapa masalah yang mereka lihat mempengaruhi keselamatan.
Salah satu model kepercayaan literatur
keselamatan kerja (Mayer, 1995) menunjukkan bahwa kepercayaan didasarkan pada
persepsi tentang tiga faktor utama, yakni: Ability (Persepsi
Kompetensi),
Benevolence (Tingkat Persepsi dari kepedulian yang ditunjukkan),
Integrity (Persepsi kejujuran dan keterbukaan)
Benevolence (Tingkat Persepsi dari kepedulian yang ditunjukkan),
Integrity (Persepsi kejujuran dan keterbukaan)
Ketiga
faktor ini sangat penting dalam membangun kepercayaan dan mengatasi
ketidakpercayaan. Sebagai contoh, seorang pemimpin dapat dipandang sangat
kompeten, terbuka dan jujur. Namun, jika ia dianggap kurang peduli terhadap
pekerja dan anggota timnya maka kepercayaan tidak dapat dibangun, dan
ketidakpercayaan yang ada tidak akan dapat diatasi.
Menariknya,
dalam hal membangun kepercayaan, faktor kejujuran dan keterbukaan (Integrity) telah muncul sebagai yang paling
signifikan, sedangkan faktor kepedulian (Benevolence)
telah ditemukan sebagai komponen yang paling kuat dalam hal mengatasi
ketidakpercayaan.
Dalam teori dan praktik, kepercayaan menjadi hal
kritis yang perlu diperhatikan oleh manajemen (leader/pemimpin)
dan jika leader abai terhadap hal ini maka akan mematikan aspek K3 di tempat
kerja. Sehingga, solusi yang ditawarkan adalah membudidayakan kepercayaan pada
semua aspek termasuk aspek K3.